Apakah kamu pernah mendengar seruan seperti itu? Biasanya yang berseru seperti itu adalah tukang pos atau petugas kurir. Apakah kamu pernah menerima surat? Zaman sekarang surat itu tampaknya hal yang sepele. Tapi pernahkah kamu bayangkan seperti apa surat zaman dahulu?
![]() |
Pada zaman perang dunia pertama, komunikasi di medan perang menggunakan jasa merpati pos. (Foto: aripin-pwk41100.blogspot.com) |
![]() |
Tukang Pos pada zaman Belanda dulu. Perhatikan, ia masih menggunakan sepeda dan bahkan tidak memakai sepatu. |
![]() |
Pak Pos zaman sekarang menggunakan motor. |
Zaman dulu awalnya surat-menyurat hanya dilakukan oleh pihak pemerintah. Orang biasa belum saling berkirim surat. Pertama, karena orang biasa kebanyakan belum bisa menulis, dan kedua sistem surat-menyurat itu adalah hak kerajaan. Saat itu kurir bertugas membawa pesan-pesan kenegaraan. Tugas kurir itu berbahaya, karena mereka bisa diserang oleh musuh.
Layanan pos pertama kali yang terdokumentasi dengan baik adalah bangsa Roma. Karena kerajaan Roma sangat luas, maka diperlukan komunikasi dengan provinsi-provisi yang jauh. Pemerintah Roma lalu membuat jalan pos dengan beberapa stasiun. Stasiun dibangun per 270 km, gunanya untuk pergantian pengantar pengirim pesan dalam periode waktu 24 jam.
Saat kerajaan Roma hancur, sistem pos masih bertahan. Hal itu juga disebabkan karena adanya perdagangan antarnegara. Banyak perusahaan yang kemudian membangun jaringan pos sendiri. Menjelang abad ke-13, pusat-pusat perdagangan di Eropa, yaitu Florence, Genoa, Siena, dan beberapa komunitas di Prancis utara membentuk hubungan bisnis. Mereka mengadakan pameran perdagangan tahunan. Akibatnya banyak pedagang dari seluruh penjuru Eropa yang berdatangan. Dampaknya, layanan pos ke Prancis menjadi jalur internasional untuk perdagangan dan berita. Namun, sebelum tahun 1627, masyarakat biasa masih belum bisa berkirim surat. Pada 1680, William Dockwra membuka pelayanan pos swasta yang menggunakan metode prabayar.
Di Indonesia sendiri, sistem pos mulai ada sejak zaman kerajaan Majapahit, Sriwijaya, dan Tarumanegara. Waktu itu, orang menulis di atas batu, kayu, atau lontar dengan huruf Palawa.
Ketika Belanda datang ke Indonesia, sistem pos mulai berubah. Pada tahun 1596, Cornelis de Houtman datang. Ia membawa surat bagi raja-raja di Jakarta dan Banten. Pada waktu itu, surat yang beredar hanya ditujukan bagi pejabat resmi dan tidak memuat berita tentang kompeni di Indonesia. Meskipun layanan pos sudah cukup maju, tetapi masih tergantung pada kapal kompeni yang berlayar dari pulau ke pulau, sehingga belum teratur. Akhirnya, pada 26 Agustus 1746 dibangunlah kantor pos resmi pertama di Jakarta oleh Gubernur Jenderal G.W. Baron van Inhoff. Tujuan dibangunnya kantor pos ini untuk memfasilitasi dan menjamin keamanan surat-surat yang dikirim khususnya bagi mereka yang di luar Pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, dibangun jalan raya pos Anyer-Panarukan pada 1809 yang diselesaikan dalam satu tahun. Jalan ini terbentang sepanjang pantai utara Jawa Barat hingga Jawa Timur. Pembangunan ini terinspirasi dengan pembangunan jalan pos di Kekaisaran Romawi. Saat ini, surat tidak hanya dikirim lewat kantor pos. Bisa pula lewat jasa kurir swasta. <krismariana>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar