Rabu, 06 November 2013

Pak Hoegeng dan Pak Royadin yang Jujur

      Menurut kalian, sifat-sifat baik apa yang mesti kalian miliki? Yuk kita sebut satu-satu: adil, jujur, tegas, rendah hati, sederhana. Apa lagi? Jika, kita memiliki sifat-sifat yang baik, banyak orang di sekitar kita yang akan merasakan manfaatnya. Dan hidup kita sendiri pun jadi lebih tenang. Kenapa bisa begitu? Misalnya saja, jika kita berbohong, apakah kamu merasa tenang? Pasti terselip rasa takut bukan? Bandingkan jika kita orangnya jujur. Banyak orang yang percaya kepada kita. Kepercayaan dari orang lain itu mahal harganya lo. Selain itu, sifat-sifat baik yang kita miliki itu bisa menjadi teladan bagi banyak orang. 
Pak Hoegeng dalam seragam dinasnya
    Kisah orang yang jujur kadang-kadang tak habis dimakan waktu. Meskipun orangnya sudah tiada, namanya masih sering dikenang. Misalnya saja Pak Hoegeng. Pernahkah kalian mendengar namanya? Mungkin ada yang pernah mendengar, mungkin juga belum. Pak Hoegeng ini nama lengkapnya Hoegeng Iman Santoso, beliau adalah Kapolri di tahun 1968-1971. Ia juga pernah menjadi Kepala Imigrasi (1960), dan juga pernah menjadi menteri di jajaran kabinet zaman Soekarno. Di zaman sekarang, orang sering mengatakan demikian: Polisi yang jujur adalah polisi tidur, patung polisi, dan Pak Hoegeng. Kejujuran Pak Hoegeng memang tak tertandingi. Sebagai seorang Kapolri, kalian mungkin menyangka bahwa hidup beliau berlimpah materi. Tetapi tidak demikian. Beliau baru memiliki rumah sendiri ketika memasuki masa pensiun. Ketika masih punya jabatan, beliau pernah mendapat fasilitas rumah dinas. Waktu itu, rumah tersebut ternyata sudah diisi dengan barang-barang mewah. Pak Hoegeng menganggap bahwa hal itu tidak semestinya. Lagi pula, ia tidak tahu dari mana asal barang-barang mewah tersebut. Karena itu, Pak Hoegeng bersikeras tetap tidak mau menempati rumah tersebut sebelum barang-barang mewah tersebut dikeluarkan. 

     Selain Pak Hoegeng, ada lagi polisi lain yang terkenal jujur dan tegas dalam menjalankan tugasnya. Nama polisi itu Brigadir Royadin. Pak Royadin ini sempat menjadi buah bibir di internet. Banyak orang membicarakan kejujurannya dan berharap banyak polisi zaman sekarang yang meneladaninya. Bagaimana kisah beliau? Kisah Pak Royadin ini unik dan kejadiannya sudah lama berlangsung. Suatu pagi, Pak Royadin sedang bertugas sebagai polisi lalu lintas. Tiba-tiba dilihatnya sebuah mobil melanggar jalan dengan jalur satu arah. “Priit!” Segera saja Pak Royadin itu memberhentikan mobil tersebut. Memang, melanggar jalur itu berbahaya. Bisa menimbulkan kecelakaan. Jadi, mobil yang melanggar jalur tersebut memang perlu ditindak tegas.
   Namun, Pak Royadin mendadak nyalinya menjadi ciut ketika ternyata mobil yang diberhentikan tersebut dikendarai oleh Sultan Hamengku Buwono IX. Salah-salah, malah Pak Royadin yang justru disalahkan. Masyarakat pada umumnya masih berpikiran bahwa menegur orang yang punya kedudukan lebih tinggi itu keliru. Padahal hukuman itu mestinya tidak pandang bulu bukan? Orang yang salah, siapa pun itu, mesti ditegur dan jika perlu dihukum. Sayangnya, masyarakat kita pada umumnya tidak berpikir demikian. Kebanyakan orang berpikir, orang yang berkedudukan tinggi tidak boleh ditegur apalagi dihukum.        
Rumah tempat Brigadir Royadin menghabiskan masa tuanya
    Namun, bagaimana kelanjutan Kisah Pak Royadin? Pak Royadin dipindahkan ke Yogyakarta supaya dekat dengan beliau. Sri Sultan HB IX sangat terkesan dengan kejujuran dan ketegasan Pak Royadin. Namun Pak Royadin menolak permintaan Sri Sultan. Dia tetap tinggal di Batang (Jawa Tengah) supaya tetap dekat dengan keluarganya. 

    Pak Royadin dan Pak Hoegeng kini sudah meninggal. Tetapi, kisah kejujuran mereka masih dikenang dan banyak orang berharap polisi dan para pejabat zaman sekarang meniru mereka. Kalian bisa meneladan Pak Royadin dan Pak Hoegeng. Sikap jujur dan setia dalam menjalankan tugas, bisa memberi dampak yang baik kepada orang-orang di sekitar kita. Jadi, jangan takut untuk jujur ya! <krismariana>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar