Sabtu, 06 Oktober 2012

Nenek Moyangku Berlayar Sampai Afrika


Nenek moyangku orang pelautGemar mengarung luas samuderaMenerjang ombak tiada takutMenempuh badai sudah biasa
Teman-teman sudah pernah mendengar syair lagu di atas, kan? Pasti sudah banyak yang bisa menyanyikannya. Tetapi, pernahkah kalian bertanya mengapa ya muncul syair seperti itu? Apakah benar nenek moyang kita pelaut yang tangguh? Bicara nenek moyang berarti bicara masa lalu. Bagaimana kita tahu kondisi masa lalu?
Hmm, sepertinya menarik ya belajar mengenai nenek moyang kita ini. Baiklah, mari kita belajar sejarah sedikit. Lewat sejarah kita bisa tahu masa lalu kita. Ah, ada yang malas belajar sejarah ya? Hmm sejarah itu menarik lho ... ada banyak hal bisa kita pelajari.
Untuk memulai, sebenarnya kamu bisa bertanya soal nenek moyang kita ini kepada guru. Mencari buku-bukunya di perpustakaan juga bisa, lho. Minta tolong bapak ibu guru untuk mencarikannya. Jangan takut. Percaya diri aja. Bertanya kan untuk hal baik, kenapa takut?
Baik, sebagai awal, mungkin kita memakai buku atlas kita. Ayo kita ambil buku atlasnya sebelum lanjut membaca. Atau kalau punya globe bisa juga. Tahu globe dan atlas kan? Nah, sekarang buka peta dunia. Bisa dilihat posisi negara kita? Betul di bagian selatan dunia. Dikelilingi laut, kan? Nah mulai dari peta tadi ya, kita bisa belajar bahwa negara kita memang sudah memiliki kekayaan berupa laut yang amaaa … at. luas. Kalau punya laut luas, mustinya juga punya orang-orang yang bekerja di laut kan? Kita mulai masuk bagian sejarah nih.
Nenek Moyang Kita Pelaut Andal
Ternyata sudah sejak zaman dahulu nenek moyang kita sudah terkenal di laut. Bahkan mereka ahli maritim yang paling tangguh di dunia.
Kembali ke peta kita, nah sekarang kita lihat posisi kita dan Benua Afrika. Sudah ketemu? Jauh kan? Sudah sejak abad pertama atau sekitar tahun 100-an, berarti sudah 2.000-an tahun lalu, bangsa kita sudah berani dan bisa berlayar sampai ke sana. Hebat kan? Bahkan Bangsa Eropa dan Amerika belum pernah mencapai sana waktu itu. Wah, hebat ya .... Lalu dari mana kita tahu sudah ada kapal ke sana?
Nah begini ceritanya. Zaman dahulu jalur perdagangan hanya lewat laut. Sementara itu sudah sejak lama negara kita dikenal dunia sebagai penghasil rempah dan biji-bijian.  Nah, jalan raya utama kapal pedagang pasti lewat Afrika atau lewat Kepulauan Madagaskar. Mau nggak mau semua pasti lewat sana. Nah, para pedagang mencatat bahwa kapal-kapal orang Indonesia sudah sampai di sana dan berdagang. Siapa para pedagang itu? Bangsa Arab dan Bangsa China. Ya, karena mereka duluan yang banyak berlayar serta berdagang. 
Hebatnya lagi, perahu para pedagang Indonesia zaman itu dari kayu lho .... Hah, kayu? Iya ... Cara membuatnya juga tidak memakai paku, tetapi memakai kayu dan tali. Canggih, kan? Berlayar menempuh jarak ribuan kilometer memakai kayu, menerjang ombak dan badai. Negara kita banyak menghasilkan rempah-rempah yang amat dibutuhkan orang orang China, Eropa, dan Arab untuk obat, penghangat tubuh, dan keperluan sehari-hari. Harganya amat mahal kala itu. Sementara itu sebagai gantinya pedagang kita mendapatkan pakaian, emas, dan berbagai tembikar atau peralatan yang lain.
Begitulah sejak lama orang Indonesia dikenal sebagai pelaut ulung. Mereka dikenal sebagai tenaga ahli yang mengenal ilmu perbintangan, astronomi, dan ahli teknik andal. Kok bisa? Iya dong. Untuk melaut mereka perlu tahu arah, dan itu hanya bisa dipahami dengan astronomi. Mereka bisa menentukan arah dengan bantuan bintang di langit sehingga tidak tersesat. Perahu mereka juga harus kuat, jadi mereka pasti ahli teknik.
Lalu dari mana kita tahu kondisi mereka saat itu? Dari sejarah dan sisa-sisanya. Pertama, dari cataan para musafir bangsa lain, kemudian dari relief-relief candi kita tahu bentuk-bentuk kapal kita, dan sampai sekarang masih ada orang-orang yang membuatnya.
Pelaut yang Tangguh dan Percaya Diri
Hebat, kan? Nah, pastinya nenek moyang kita adalah orang pandai, mau belajar, dan tentu saja rasa percaya dirinya kuat. Coba bayangkan, mereka harus menghadapi laut yang ganas, belum lagi kemungkinan kapal pecah atau kena badai. Mereka harus berani dan percaya diri. Sekali mereka takut dan gentar, maka bisa payah perjalanan mereka. Bisa-bisa salah arah.
Nah, sudah tahu kan mengapa lagu di atas tadi muncul? Karena memang nenek moyang kita dulu adalah raja lautan. Mereka orang yang tangguh dan percaya diri. Mereka juga pandai dan penuh pengalaman.  Menurut para ahli tekonologi, kemampuan perahu kita bisa jadi yang nomor satu di dunia pada saat itu! [wiji]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar