Jumat, 13 Desember 2013

Berburu Harta Karun di Gudang

Ini hari Minggu pagi. Matahari sudah menampakkan sinarnya yang cerah dari tadi. Namun, Nini dan Nana masih bermalas-malasan di tempat tidur. 
“Malas sekali rasanya bangun,” kata Nana kepada Nini kembarannya.
“Iya, apalagi kemarin kita batal pergi ke rumah Nenek. Hu uh …,” jawab Nini.
“Eit, pagi-pagi jangan bersungut-sungut. Nanti hilang rejeki kalian,” kata Ayah yang ternyata sudah berada di ambang pintu kamar mereka.
“Memang sudah hilang kan, Yah? Kita batal ke rumah Nenek kemarin karena Ibu mesti membantu Oma Wijaya yang masuk rumah sakit,” ujar Nana. 
Rencana mereka untuk menghabiskan akhir pekan di rumah Nenek batal. Oma Wijaya, tetangga mereka, masuk rumah sakit siang kemarin karena tekanan darahnya melonjak. Oma Wijaya tinggal sendirian. Jadi, kemarin waktu Oma Wijaya harus dirawat di rumah sakit, Ibulah yang membantunya. Sejak semalam Ibu menemani Oma Wijaya.

“Tapi sekarang sebaiknya kalian bangun lalu mandi. Ayah sudah membeli gudeg dan telur bacem untuk sarapan kita,” kata Ayah.
“Gudeg?” seru Nana dan Nini hampir bersamaan. “Asyik!” Mereka lalu menghambur turun dari tempat tidur. Siapa yang akan menolak gudeg dan nasi hangat di hari Minggu pagi? 
Sembari makan, Ayah berkata, “Nana, Nini, bagaimana jika hari ini kita berburu harta karun?”
“Harta karun?” “Di mana, Yah?” Nana dan Nini bergantian menjawab Ayah.
“Di gudang,” jawab Ayah sambil tersenyum. Mereka jadi penasaran.
“Di gudang ada peti harta karun? Wah keren dong, Yah!” ujar Nini.
“Harta karunnya tidak dalam peti. Tapi ada banyak sekali,” jawab Ayah. 
Nini dan Nana saling berpandangan tak mengerti. Seingat mereka, di gudang hanya ada tumpukan koran bekas, botol-botol bekas, baju-baju lama yang tak terpakai, dan satu-dua perabot usang. Di mana harta karun itu?

“Kalian penasaran, kan? Makanya, cepat habiskan makannya. Kita segera berburu harta karun!” kata Ayah.
Usai makan, Nana, Nini, dan Ayah menuju gudang. Nana dan Nini masih penasaran harta karun macam apa yang akan mereka dapatkan.
Saat pintu gudang terbuka, di bagian depan tampak segunung koran bekas. Warnanya sebagian sudah menguning. “Itu harta karun kita,” kata Ayah sambil tertawa.
“Maksud Ayah, koran-koran bekas itu?” tanya Nana. 

Ayah mengangguk. “Kita bisa memanfaatkan koran bekas itu. Kalian ingat bukan, di koran hari Minggu ada cerpen anak-anak? Kalau kalian gunting dan kumpulkan, bisa jadi satu bendel cerita yang bisa kalian baca. Selain itu, ada pula resep masakan. Nah, itu bisa jadi kumpulan resep untuk Ibu.”
“Wah, betul juga ya? Ide Ayah memang hebat!” ujar Nini. 
“Kita jadi bisa menghemat membeli buku cerita,” sambung Nana.
Dengan penuh semangat mereka membongkar koran-koran itu. Mereka menemukan beberapa tulisan menarik yang bisa dikumpulkan. Nana dan Nini mengumpulkan cerita anak dan resep masakan, sedangkan Ayah mengumpulkan tulisan bidang ekonomi, sejarah, dan politik. Mereka memilah tulisan-tulisan itu lalu menempelkannya di kertas. Nantinya guntingan tulisan-tulisan dari koran itu akan mereka jilid. Ya, mereka membuat kliping dari koran bekas. 
Nah, apakah kalian punya koran bekas juga seperti Nana dan Nini? Mungkin kalian bisa membuat kliping seperti mereka. <Krismariana>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar