Senin, 11 November 2013

Ketika Ipang Ragu



 Ipang ragu-ragu mendengar kata-kata Doni dan Teguh.
“Ayo Pang, terima saja. Masak hanya kami berdua yang beruntung, hehehehe,” Doni berkata sambil nyengir. Bundelan kertas itu disorongkan ke dada Ipang.
“Jangan takut Pang. Kalau nanti ada yang bilang kamu dapat bocoran soal, pasti kupukul. Nih, lihat otot-ototku. Pothok!” Teguh memamerkan otot-otot lengannya sambil berlaga bak binaragawan. Memang semua teman Ipang takut sama Teguh. Ia jago berkelahi meskipun nilai-nilai ulangannya jauh di bawah Ipang.

“Ayolah Pang. Sekali-kali jangan jujur terus. Kalau ada kesempatan agar ulangan besok kita dapat nilai bagus, mengapa tidak?” bujuk Doni.
Ipang berpikir, besok memang ujian Matematika dan IPA. Dua pelajaran yang sangat sulit bagi mereka semua. Seluruh teman Ipang khawatir apakah bisa mengerjakan ujian dengan baik. Dan di tangan Doni sekarang ada bocoran soal ujian untuk esok hari. Jika Ipang menerima bocoran itu, lalu mencari jawabannya nanti malam, ah … besok pasti bisa mengerjakan ujian.
“Baiklah Don. Kuterima soal-soalnya,” kata Ipang akhirnya.
“Nah, begitu dong. Tapi ingat syaratnya: jangan bilang siapa-siapa kalau aku dan Teguh punya soal bocoran. Ingat ya. Awas, kalau sampai ada orang tahu …” kata Doni “… aku yang pertama kali memukulimu. Kalau perlu sampai kamu mohon ampun,” ancam Teguh.
“Iya .. iya,” Ipang menjawab sambil menerima kertas soal.
***

Ipang pulang sekolah dengan tergesa-gesa. Entah mengapa dadanya berdebar-debar. Ia merasa ketakutan. Itu semua gara-gara bocoran soal di tasnya. Ia teringat bahwa jika ia tak menerima bocoran soal itu, pasti Ipang dianggap musuh sama Teguh dan Doni. Tetapi dengan menerima bocoran soal, berarti ia tidak jujur. Tadi ia mengira bahwa tidak jujur tidak apa-apa jika tidak ada orang tahu. Tapi ternyata  meskipun tak seorang pun tahu, Ipang merasa takut. Was-was. Tidak tenang. Ipang tahu bahwa Tuhan pasti tahu apa yang dilakukannya.
Ipang teringat kata-kata mendiang ibunya, “Ipang, kamu adalah anak yang baik. Hiduplah jujur. Meskipun itu tidak mudah dan tampaknya menyakitkan, tetapi kejujuran itulah yang membuatmu berharga dan istimewa.”

Ipang menghentikan sepedanya. Benar. Ia sudah melakukan tindakan yang tidak jujur. Tetapi apa jadinya jika ia mengembalikan bocoran soal ke Doni. Ah, ia pasti marah. Baiklah, toh yang penting Ipang akan jujur. Segera ia mengambil bundelan bocoran soal di tasnya, dan tanpa melihat isinya, segera ia buang bundelan itu di Tempat Pembuangan Sampah di tepi jalan.
Ipang lega. Dalam hati ia tersenyum. Apapun hasilnya, ia akan belajar dengan jujur nanti malam, batinnya.
***
Ujian Matematika dan IPA selesai. Wuah … teman-teman sekelas mengeluh karena soal-soalnya sulit. Ipang juga ingat tadi ada dua nomor yag tidak ia isi karena tidak tahu jawabannya. Tetapi entah mengapa ia merasa senang, karena seberapapun hasilnya ujian ini ia kerjakan sendiri.
Ia sempat melirik ke Doni dan Teguh. Tanpa diduga, tampang mereka berdua tampak masam. Seperti kecewa dan marah.
***
Sepulang sekolah, iseng Ipang menghentikan sepedanya di Tempat Pembuangan Sampah. Ia ingin tahu apa yang membuat Doni dan Teguh bermuka masam. Setelah menyandarkan sepedanya, ia melompat pagar dan mencari-cari, apakah bocoran soal yang ia lemparkan kemarin masih ada.
Nah itu dia. Ternyata masih ada. Sejenak Ipang tertegun. Ini dia bocoran soal yang hampir membuatnya tidak jujur. Tetapi toh sekarang sudah selesai ujian, jadi tidak apa-apa kalau aku melihatnya, batin Ipang.

Ipang sekali lagi tertegun. Hampir-hampir tidak percaya dengan apa yang ia baca. Karena bocoran soal yang ia baca sama sekali berlainan dengan soal ujian tadi. Bahkan materinya pun beda, serta lebih mudah. Hahahaha … pantas saja Doni dan Teguh kecewa. Mereka tertipu. Mereka pasti tidak belajar dan mengandalkan bocoran soal hehehehe ….
Ipang pulang ke rumah sambil bersyukur. Untung ia jujur. Ia berjanji, esok pagi ia akan memberanikan diri menasihati Doni dan Teguh. Bahkan kalau perlu mengajak mereka belajar bersama. Siapa tahu dengan demikian, Doni dan Teguh akan menjadi sahabat-sahabat yang selalu menyelesaikan masalah dengan cara yang jujur. <noel kurniawan>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar