Ipang ragu-ragu
mendengar kata-kata Doni dan Teguh.
“Ayo Pang, terima
saja. Masak hanya kami berdua yang beruntung, hehehehe,” Doni berkata sambil
nyengir. Bundelan kertas itu disorongkan ke dada Ipang.
“Jangan takut
Pang. Kalau nanti ada yang bilang kamu dapat bocoran soal, pasti kupukul. Nih,
lihat otot-ototku. Pothok!” Teguh
memamerkan otot-otot lengannya sambil berlaga bak binaragawan. Memang semua
teman Ipang takut sama Teguh. Ia jago berkelahi meskipun nilai-nilai ulangannya
jauh di bawah Ipang.
“Ayolah Pang.
Sekali-kali jangan jujur terus. Kalau ada kesempatan agar ulangan besok kita
dapat nilai bagus, mengapa tidak?” bujuk Doni.
Ipang berpikir,
besok memang ujian Matematika dan IPA. Dua pelajaran yang sangat sulit bagi
mereka semua. Seluruh teman Ipang khawatir apakah bisa mengerjakan ujian dengan
baik. Dan di tangan Doni sekarang ada bocoran soal ujian untuk esok hari. Jika
Ipang menerima bocoran itu, lalu mencari jawabannya nanti malam, ah … besok
pasti bisa mengerjakan ujian.
“Baiklah Don.
Kuterima soal-soalnya,” kata Ipang akhirnya.
“Nah, begitu dong.
Tapi ingat syaratnya: jangan bilang siapa-siapa kalau aku dan Teguh punya soal
bocoran. Ingat ya. Awas, kalau sampai ada orang tahu …” kata Doni “… aku yang
pertama kali memukulimu. Kalau perlu sampai kamu mohon ampun,” ancam Teguh.
“Iya .. iya,”
Ipang menjawab sambil menerima kertas soal.
***
Ipang pulang
sekolah dengan tergesa-gesa. Entah mengapa dadanya berdebar-debar. Ia merasa
ketakutan. Itu semua gara-gara bocoran soal di tasnya. Ia teringat bahwa jika
ia tak menerima bocoran soal itu, pasti Ipang dianggap musuh sama Teguh dan
Doni. Tetapi dengan menerima bocoran soal, berarti ia tidak jujur. Tadi ia
mengira bahwa tidak jujur tidak apa-apa jika tidak ada orang tahu. Tapi
ternyata meskipun tak seorang pun tahu,
Ipang merasa takut. Was-was. Tidak tenang. Ipang tahu bahwa Tuhan pasti tahu
apa yang dilakukannya.
Ipang teringat
kata-kata mendiang ibunya, “Ipang, kamu adalah anak yang baik. Hiduplah jujur.
Meskipun itu tidak mudah dan tampaknya menyakitkan, tetapi kejujuran itulah
yang membuatmu berharga dan istimewa.”
Ipang menghentikan
sepedanya. Benar. Ia sudah melakukan tindakan yang tidak jujur. Tetapi apa
jadinya jika ia mengembalikan bocoran soal ke Doni. Ah, ia pasti marah.
Baiklah, toh yang penting Ipang akan jujur. Segera ia mengambil bundelan
bocoran soal di tasnya, dan tanpa melihat isinya, segera ia buang bundelan itu
di Tempat Pembuangan Sampah di tepi jalan.
Ipang lega. Dalam
hati ia tersenyum. Apapun hasilnya, ia akan belajar dengan jujur nanti malam,
batinnya.
***
Ujian Matematika
dan IPA selesai. Wuah … teman-teman sekelas mengeluh karena soal-soalnya sulit.
Ipang juga ingat tadi ada dua nomor yag tidak ia isi karena tidak tahu jawabannya.
Tetapi entah mengapa ia merasa senang, karena seberapapun hasilnya ujian ini ia
kerjakan sendiri.
Ia sempat melirik
ke Doni dan Teguh. Tanpa diduga, tampang mereka berdua tampak masam. Seperti
kecewa dan marah.
***
Sepulang sekolah,
iseng Ipang menghentikan sepedanya di Tempat Pembuangan Sampah. Ia ingin tahu
apa yang membuat Doni dan Teguh bermuka masam. Setelah menyandarkan sepedanya,
ia melompat pagar dan mencari-cari, apakah bocoran soal yang ia lemparkan
kemarin masih ada.
Nah itu dia.
Ternyata masih ada. Sejenak Ipang tertegun. Ini dia bocoran soal yang hampir
membuatnya tidak jujur. Tetapi toh sekarang sudah selesai ujian, jadi tidak
apa-apa kalau aku melihatnya, batin Ipang.
Ipang sekali lagi
tertegun. Hampir-hampir tidak percaya dengan apa yang ia baca. Karena bocoran
soal yang ia baca sama sekali berlainan dengan soal ujian tadi. Bahkan
materinya pun beda, serta lebih mudah. Hahahaha … pantas saja Doni dan Teguh
kecewa. Mereka tertipu. Mereka pasti tidak belajar dan mengandalkan bocoran soal
hehehehe ….
Ipang pulang ke
rumah sambil bersyukur. Untung ia jujur. Ia berjanji, esok pagi ia akan
memberanikan diri menasihati Doni dan Teguh. Bahkan kalau perlu mengajak mereka
belajar bersama. Siapa tahu dengan demikian, Doni dan Teguh akan menjadi
sahabat-sahabat yang selalu menyelesaikan masalah dengan cara yang jujur. <noel kurniawan>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar